Berbicara
mengenai film, pasti nggak akan ada habisnya. Entah itu dari dalam negeri
maupun luar negeri. Kali ini, kita akan membicarakan Film Indonesia Terbaik
versiku.
Apa
kalian punya versi kalian sendiri? Jelas punya dong, ya. Apalagi untuk anak
muda yang lumayan sering mengunjungi bioskop. Apa film dari Indonesia yang
terbaik menurutku?
Film Indonesia Terbaik Versiku Berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Pasti kalian sudah nggak asing dengan nama film ini. Kenapa saya memilih Tenggelamnya Kapal Van der Wijck sebagai Film Indonesia Terbaik? Menurut saya, film ini pantas untuk itu. Semua genre kayaknya ada di film satu ini, hiperbolis banget ya wkwk.
Agama?
Ada. Romansa? Ada. Sejarah? Ada juga. Film ini menyentuh sekali. Apalagi bagian
endingnya. Dulu saya nonton waktu masih kelas sebelas kalau nggak salah.
Dan sekarang saya sudah duduk di bangku kuliah semester 6. Dan adegan terakhirnya
masih ingat jelas di pikiran saya.
Film
ini diangkat dari sebuah buku berjudul sama karangan dari Buya Hamka. Konon
katanya, kapal Van der Wijck ini nyata adanya. Jadi, meski novel tersebut fiksi
tapi ceritanya diangkat dari kejadian nyata.
Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck menceritakan tentang latar belakang sosial yang berbeda
antara dua orang yang saling mencintai. Hingga akhirnya yang memisahkan mereka
adalah kematian.
Film
yang rilis pada 19 Desember 2013 ini dibintangi oleh Herjunot Ali, Pevita
Pearce, Reza Rahadian, dan juga Randy Danistha. Inilah daftar pemain
lengkapnya.
- Pevita Pearce memerankan tokoh Hayati
- Herjunot Ali memerankan tokoh Zainuddin
- Reza Rahadian memerankan toko Aziz
- Randy Danistha memerankan tokoh Muluk
- Arzetti Bilbina memerankan tokoh Ibu Muluk
- Kevin Andrean memerankan tokoh Sophian
- Jajang C. Noer memerankan Mande Jamilah
- Ninik L. Karim memerankan tokoh Mak Base
- Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto yang memerankan tokoh Datuk Hayati
- Gesya Shandy memerankan tokoh Khadijah
- Femmy Prety
- Dewi Agustin
Film
ini menggunakan beberapa bahasa dalam dialognya, yakni Indonesia, Minangkabau,
Makassar dan juga bahasa Jawa. Tapi film ini sudah dilengkapi dengan terjemahan
sehingga memudahkan pembaca yang tidak menguasai bahasa-bahasa tersebut.
Untuk
membuat film ini, tim produksi membutuhkan waktu hingga lima tahun dalam
prosesnya. Penulisan skenarionya dilakukan selama dua tahun. Film ini juga
menjadi film dengan biaya termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine
Films. Wow.
Film
Indonesia Terbaik menurut ku ini berhasil masuk ke beberapa
nominasi penghargaan sejak tahun 2014 sampai 2015. Nggak hanya masuk nominasi
saja. Film ini juga berhasil membawa pulang piala kemenangan. Seperti pada
Festival Film Indonesia 2014 kategori penata visual efek terbaik.
Namun,
dibalik kesuksesannya film ini juga sempat tersandung kontroversi. Hal ini
karena sosok Hayati dalam poster film tidak sesuai dengan adat dan budaya
Minang yang sangat menunjang tinggi ajaran agama Islam.
Hayati
dalam buku Buya Hamka pun adalah seorang gadis yang sangat taat agama. Hal ini
bertentangan dengan baju yang dipakai Pevita Pearce dalam poster film.
Film
satu ini termasuk film yang sangat laris. Dalam masa penayangannya di tahun
2013, film ini berhasil meraih 1.724.110 penonton. Karenanya, film ini diputar
kembali pada bulan September 2014 dengan versi yang lebih panjang, dengan nama Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck Extended. Durasi filmnya sepanjang 3.5 jam.
Penasaran
lokasi syutingnya dimana aja? Pengambilan gambar salah satu Indonesian movie
ini diambil di beberapa kota di Indonesia. Yakni Padang, Surabaya, Jakarta,
Lombok, dan juga Medan.
Lalu, Dimanakah Kapal Van der Wijck Sekarang?
Kapal
Van der Wijck dikabarkan tenggelam pada tahun 1936 di perairan Lamongan, Jawa Timur.
Sampai sekarang kapal yang dijuluki sebagai Titanic-nya Indonesia itu belum
ditemukan.
Berita
tersebut berdasarkan bukti nyata, di Pantai Brondong, Lamongan ada sebuah
monumen Van der Wijck yang berbentuk seperti pos pemantau. Monumen ini
didirikan oleh pemerintahan Belanda.
Monumen dengan tinggi 15 meter tersebut berwarna kuning dan biru. Dan memiliki prasasti dari pelat besi dengan tulisan bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Konon katanya, monumen ini didirikan sebagai ucapan terimakasih pada masyarakat yang tinggal di pesisir pantai Brondong yang ikut dalam proses penyelamatan kapal.
Tapi,
berdasarkan berita yang dipublikasikan pada 17 Oktober 2021, tim arkeolog dari
Badan Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menemukan bangkai kapal yang diyakini
sebagai bangkai kapal Van dr Wijck.
Berdasarkan
ciri-cirinya, bangkai ini memiliki fitur seperti kapal Van der Wijck, bukan kapal
militer. Banyak kapal militer yang juga tenggelam di perairan Lamongan tapi
kapal militer panjangnya hanya 30 meter sedangkan bangkai kapal tersebut
panjangnya mencapai 100 meter.
Dan
juga, tim arkeolog mendapatkan kesaksian dari masyarakat Brondong yang
mendengar kisah tersebut. Mereka mendengarnya dari kakek-nenek maupun orang tua
mereka. Setiap ditanya mengenai monumen Van der Wijck, para orang tua selalu
menceritakan kejadian tenggelamnya kapal tersebut.
Para
nelayan tua yang dilibatkan dalam proses survey pengumpulan data bangkai
tersebut masih ingat dengan jelas lokasi tenggelamnya kapal. Mereka juga sempat
melihat bongkahan besar aneh di area bawah laut daerah tersebut.
Nah,
itulah Film Indonesia Terbaik menurut saya. Apa film terbaik menurut
kamu?
Sumber:
Wikipedia, nationalgeographic.grid.id
Posting Komentar